Warga Kabupaten Kulon Progo tak lagi minat untuk melakukan transmigrasi, hal ini dibuktikan masih belum terisinya semua quota transmigrasi di tahun 2019 hingga jelang akhir tahun. Sesuai dengan ketetapan pemerintah pusat melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY, Kulon Progo memperoleh quota 15 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di empat lokasi meliputi tiga di Sulawesi yakni Mamuju Tengah 4 KK, Konawe 4 KK dan Muna 3 KK,sedangkan satu lokasi di Siemelue Aceh 4 KK. Sampai dengan akhir tahun ini yang tinggal dua bulan lagi baru quota di Mamuju Tengah dan Muna yang sudah ada peminatnya, bahkan Muna sudah diberangkatkan tinggal Mamuju Tengah yang direncanakan November juga segera diberangkatkan.
Kepala Bidang Transmigrasi Disnakertrans Kulon Progo Heri Widada,SIP,MM, Rabu (30/10) di ruang kerjanya membenarkan bahwa sangat sulit untuk memenuhi quota transmigrasi tahun ini, meski sudah dilakukan sosialisasi di kantong-kantong kemiskinan dan daerah rawan bencana melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), penyebaran brosur, leaflet, spanduk ke seluruh desa di Kulon Progo, sehingga pendaftaran masih dibuka sampai terpenuhi quotanya.
Foto : Lokasi Transmigrasi di UPT. Salundeang, Batu Parigi, Tobadak, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat
“Kulon Progo ini dapat 15 quota khusus transmigrasi umum dan terbesar di banding kabupaten lainnya di DIY, namun hingga saat ini belum terpenuhi juga, saya kira kalau seperti ini Kulon Progo sudah tak lagi menjadi gudangnya transmigrasi di DIY, sangat mungkin karena adanya bandara, pengembangan obyek wisata dan pembangunan infrastruktur di desa-desa, sehingga enggan transmigrasi,”kata Heri.
Sebab lainnya, kebanyakan warga Kulon Progo selalu minatnya ke Sumatera karena transportasi murah dan sudah banyak sanak keluarga di sana, sehingga merasa nyaman sedangkan di Sulawesi sama sekali belum ada keluarga, juga jarak tempuh lama dengan transportasi laut.
Sedangkan Kasie Penyediaan Transmigrasi Totok Hermawan,SE mengatakan belum terpenuhinya quota, karena calon transmigran ini setiap tahun selalu ada perubahan pikiran, ketika daftar mantap tetapi jelang berangkat terjadi kebimbangan, sehingga sebagian tidak jadi berangkat.“Menjelang akhir tahun ini adalah saat keberangkatan, seperti baru saja ke lokasi Raimuna di Muna Sulawesi, untuk persiapan semuanya di lokasi lain yang sudah mendaftar jauh-jauh hari kita panggil melengkapi syarat-syarat, ternyata ada lima yang tidak datang, alasannya hamil, masalah intern keluarga, dan tanpa sebab mengundurkan diri, karena sifatnya transmigrasi sukarela maka dinas tidak bisa memaksa,”terang Totok.
Ari Wibowo
05 Juli 2022 09:48:15
Maju terus batiknya Gulurej0...